Mars Hizbul Wathon

Mars Hizbul Wathon

Ciptaan : Mursyid, M.Diponegoro

Hizbul Wathon Muhammadiyah sangat pesat meraja, Di seluruh Indonesia bukan disini sahaja, Memang haknya menjunjung, Islam di sengaja, Teguh hati sebagai waja, Menjalankan kewajiban, Dengan sopan bersuka durja, Sama-sama fakir dan raja, punya haluan sedikit bicara banyak bekerja

Hizbul Wathon Muhammadiyah, Selalu siap sedia, berbuat amal serta jasa, dengan ikhlas dan gembira, pandu perwira Islam, putra Indonesia, setia dan dapat dipercaya, dalam semua janji dan bhakti, untuk agama dan bangsa, cepat tangkas tingkah terjangnya, dengan semboyan sedikit bicara banyak bekerja

Hizbul Wathon Muhammadiyah, pandu putra harapan, pendukung cita gerak islam, selalu siap bekerja, pandu berakhlaq mulia, taqwa beribadah, teguh patuh setia agama, hemat cermat cakap dan jujur, ikhlas dari sanjung puja, tabah giat dan bersemangat, gemar beramal sedikit bicara banyak bekerja





SRAGEN bisa








HW MENOLAK BERGABUNG DENGAN NIPV

HW MENOLAK BERGABUNG DENGAN NIPV

M. Ranelf seorang pemimpin dari NIPV dan yang memegang perwakilan NIPV telah dating ke Yogyakarta menemui pimpinan HW, mengajak supaya HW masuk dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Ranelf selaku komisaris NIPV tiada hentinya untuk menarik HW menjadi anggota NIPV sehingga ketika Konggres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, ia mengikuti HW dalam konggres Muhammadiyah dari awal sampai akhir.

Selanjutnya diadakan pertemuan lagi di yogyakarta oleh Wakil NIPV, mengajak HW masuk ke dalam organisasi NIPV. Tetapi HW adalah HW, bukannya seperti yang biasanya di sebut padvinder. HW mempunyai prinsip-prinsip yang sukar di terima oleh padvinder, karena akan menyalahi prinsip-prinsip sebagai padvinder. Adapun HW jika di katakana “ itu bukannya Padvinder” bagi HW tidak keberatan, bagi HW adalah Hizbul Wathan mau dikatakan itu padvinder terserah yang mau mengatajannya.

Kyai Haji Fachrudin mengetahui bahwa NIPV merupakan kepanduan yang bersifat ke Belanda-an dan merupakan alat dari penjajah Belanda sehingga ajakan tersebut ditolak HW. Alas an HW menolak ajakan tersebut ialah karena HW sudah mempunyai dasr sendiri yaitu Islam, HW sudah mempunyai induk sendiri yaitu Muhammadiyah. Sesuai dengan induknya HW bersemangat anti penjajah. HW tidak dapat diatur menurut aturan NIPV.

HW PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG

Pada permulaan jaman Jepang HW masih nampak kegiatannya, bahkan ikut pawai yang diadakan oleh Jepang dalam rangka merayakan ulang tahun Tenno Heika, sedangkan yang memimpin pawai tersebut Haiban hajid. HW terpilih untuk ikut serta dalam pawai karena HW dalam baris berbaris terkenal bagus dibandingkan dengan kepanduan lainnya. Oleh karena itu pandu-pandu dari organisasi lain memberi identitas HW sebagai PANDU MILITER.

Kepanduan pada permulaan pendudukan jepang nampaknya akan mendapat kesempatan hidup terus. Namun tidak lama kemudian secara terang-terangan Jepang melarang berdirinya organisasi-organisasi kepanduan serta pergerakan lainnya.

PADA MASA KEMERDEKAAN

Sesudah proklamasi kemerdekaan timbullah kembali keinginan untuk menghidupkan kembali oraganisasi Kepanduan Indonesia, sedangkan bentuk dan sifatnya harus sesuai dengan keadaan, yakni satu bentuk organisasi kepanduan yang bersatu meliputi seluruh Indonesia dan tidak terpecah belah.

Pada akhir bulan September 1945 di Balai Mataram Yogyakarta berkumpullah beberapa orang pemimpin pandu. Dari HW hadir Bp. M. Mawardi dan Bp. Haiban Habib.

Pada tanggal 27-29 Desember 1945 diadakan konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia yang dihadiri + 300 orang termasuk utusan dari HW.

Dalam konggres ini dengan suara bulat diputuskan membentuk suatu organisasi kesatuan kepanduan dengan nama PNDU RAKYAT INDONESIA.

Anggota pengurus Kwartir Besar Pandu Rakyat Indonesia anatara lain : dr. Muwardi (KBI) hertog (KBI) Abdul Gani (HW) Jumadi (HW).

Tahun 1948 terjadilah aksi polisonil ke 2/ Agresi militer, Belanda menduduki Yogayakarta, ibu kota RI.

Konggres Pandu Rakyat kedua diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.

Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam konggres Pandu Rakyat Indonesia yaitu antara lain : menerima konsepsi baru yang memberi kesempatan kepada bekas pemimpin pandu untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya masing-masing.

PADVINDER MUHAMMADIYAH

PADVINDER MUHAMMADIYAH

Tahun 1918 adalah saat gerakan HIZBUL WATHAN melangkah yang pertama dengan nama PADVINDER MUHAMMADIYAH. Nama Padvinder Muhammadiyah semakin popular. Untuk pengawasan Gerakan Padvinder Muhammadiyah ini diserahkan kepada Muhammadiyah Bagian sekolahan oleh Muhammadiyah Bagian Sekolahan dibentuklah pengurus Padvinder Muhammadiyah sbb :

Ketua : H. Muchtar

WK Ketua : H. Hadjid

Sekretaris : Somodirdjo

Keuangan : Abdul Hamid

Organisasi : Siradj Dahlan

Komando : Syarbini dan Damiri.

Untuk memajukan gerakan Padvinder itu di rencanakan akan mengadakan studi ke JPO Solo. Agar kunjungan ke JPO Solo tersebut meriah, bagian sekolahan mengusahakan uniform, kemeja drill kuning, dan celana drill biru, sedang untuk setangan leher bentuk mudahnya menggunakan kacu yang banyak di jual ialah kacu merah berbintik hitam.

Kedatangan Padvinder Muhammadiyah menggemparkan kota Solo. Di lapangan Mangkunegaran diadakan demontrasi-demontrasi dan macam-macam permainan sebagai perkenalan. Padvinder Muhammadiyah mendapat pelajaran yang sangat berharga dalam kunjungannya ke JPO Solo.

NAMA HIZBUL WATHAN

Sepulang dari kunjungan ke Solo dibicarakan nama dari Padvinder Muhammadiyah. Di rumah Bp. H. Hilal Kauman, R.H. Hajid mengajukan nama yang dianggap cocok pada waktu itu yaitu HIZBUL WATHAN, yang berarti Pembela Tanah Air. Hal ini mengingat adanya pergolakan-pergolkan di luar negeri, dan dalam negeri sendiri sedang berjuang melawan penjajahan Belanda.

Nama HIZBUL WATHAN sendiri berasal dari nama kesatuan tentara Mesir yang sedang berperang membela tanah airnya. Dengan kata sepakat nama HIZBUL WATHAN dipakai mengganti nama “ Pdvinder Muhammadiyah” tahun 1920.

Kejadian itu waktunya bertepatan dengan peristiwa akan turunnya dari tahta Paduka Sri Sultan VII di Yogyakarta. Untuk turut menghormat dan akan ikut mengiringkan pindahnya Sri Sultan VII dari keratin ke Ambarukmo, didakan persiapan-persiapan dan latihan. Pada tanggal 30 januari 1921 barisan HW keluar turut mengiringkan Sri Sultan pindah dari keratin ke ambarukmo. Keluarga HW mendapat penuh perhatian dari kayalak ramai. Dari saat itulah HW mulai terkenal pada umum. Hal ini ditambah lagi sesudah beberapa hari kemudian HW berbaris dalam perayaan penobatan Sri Sultan VIII dengan para tamu menyaksikannya. HW telah menjadi buah bibir masyarakat.

Demikianlah uniform HW mulai dikenal masyarakat. Maka tidak heranlah kadang-kadang kalau ada anak belanda atau cina berpakaian Padvinder (NIPV) dikatakan :” Lho, itu ada HW Landa, lho itu ada HW Cina”, yang sebetulnya yang dimaksud adalah Padvinder NIPV, bahkan setiap ada anak berpakaian pandu selalu dikatakan Pandu HW. Pada tanggal 13 Maret 1921 KH. Fachrudin menunaikan ibadah haji yang ke dua kalinya yang diantar oleh barisan pandu HW dan warga Muhammadiyah sampai di stasiun Tugu. Kyai H. Fachrudin sempat berpesan di depan anggota-anggota HW dengan

menanamkan semangat anti penjajahan pada anah HW:

“Tongkat-tongkat yang kamu panggul itu pada suatu hari nanti akan menjadi senapan dan bedil”.

Pesan Kyai H. Fachrudin ini ternyata benar, karena beberapa tahun kemudian banyak anggota HW yang memegang senjata pada zaman Jepang dengan memasuki barisan PETA (Pembela Tanah Air) seperti : Suharto (ek Pres), Jendral Soedirman, Mulyadi Joyomartono, Kasman singodimejo, Yunus Anis dll.

Pesatnya kemajuan HW, rupanya mendapat perhatian dari NIPV ialah perkumpulan kepanduan Hindia Belanda (NPV). Pada waktu itu gerakan kepanduan yang mendapat pengakuan International hanyalah yang bergabung dalam NIPV tersebut.

SEJARAH SINGKAT PANDU HIZBUL WATHAN

SEJARAH SINGKAT

PANDU HIZBUL WATHAN

DETIK-DETIK LAHIRNYA HW

Pada suatu hari ( Ahad ) KHA Dahlan memanggil bebrapa guru Muhammadiyah : Bp Somodirdjo (Manteri Guru Standard-school Suronaton) Bp. Sjarbini dari sekolah Muhammadiyah Bausasran dan seorang lagi dari Sekolah Muhammadiyah Kota Gede.

Beliau berkata kira-kira demikian : “ Saya tadi di Solo pulang dari Tabligh, sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun melihat anak banyak berbaris, setengah sedang bermain-main semuanya berpakaian seragam. Baik Sekali! Apa itu?

Bp. Somodirjo menjelaskan bahwa itu adalah Pandu Mangkunegaran yang namanya JPO (Javaanche Padvinders Organistie) ialah suatu gerakan pendidikan anak-anak di luar sekolah dan rumah.

Mendengar keterangan tersebut KHA dahlan menyambut “ Alangkah baiknya kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik semacam itu untuk leladi menghamba kepada Allah”. Selanjutnya beliau mengharap kepada para guru untuk dapat menyontoh gerakan pendididkan itu.

Bp. Somodirjo dan Bp. Sarbini memelopori mengadakan persiapan-persiapan akan mengadakan gerakan pendidikan untuk anak-anak di luar sekolah dan rumah. Mula-mula yang akan digerakkan para guru sendiri terlebih dahulu. Pendaftaran di mulai dan latihanpun diadakan di SD Muhammadiyah Suronatan tiap Ahad sore. Latihan meliputi baris berbaris, bermamin tambur dan olah raga, kemudian tambah PPPK dan Kerohanian.

Bp. Syarbini sorang pemuda yang pernah mendapat pendidikan kemiliteran melatih baris berbaris. Banyak pemuda tertarik sehingga pengikut latihan semakin banyak. Akhirnya di adakan penggolongan peserta, yakni golongan dewasa dan anak-anak.

Jatidiri Kepanduan Hisbul Wathan


Jatidiri Kepanduan Hisbul Wathan

A. Identitas Kepanduan Hizbul Wathan

  • Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan anak, remaja dan pemuda, di luar lingkungan keluarga dan sekolah, dalam membentuk warga masyarakat islami yang berguna dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan.
  • Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengkhususkan pendidikan anak, remaja dan pemuda menjadi warga masyarakat yang mandiiri dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan yang islami.

B. Sifat Kepanduan Hizbul Wathan (HW)

Kepanduan HW mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

  • Terbuka, artinya dapat meneima siapa saja yang memenuhi syarat menjadi anggota.
  • Sukarela, artinya tidak ada paksaan atau perintah untuk menjadi anggota.
  • Nasional, artinya diperuntukkan bagi bangsa Indonesia, bergerak di bumi Indonesia dalam rangka mencerfdaskan bangsa.
  • Islami, sebagai salah satu dari organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengemban misi dan visi persyarikatan.

C. Ciri khas Kepanduan Hizbul Wathan

Ciri khas Kepanduan HW, ditandai dari prinsip dasar dan metode pendidikan:

1. Prinsip Dasar yang harus dipatuhi adalah:

  • Pengamalan akidah islamiyah.
  • Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam.
  • Pengamalan Kode Kehormatan Pandu.
  • Pendidikan di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
  • Satuan dan kegiatan terpisah antara putera dan puteri.
  • Tidak terkait dan berorientasi kepada partai politik atau golongan tertentu.

2. Metode Pendidikan yang diterapkan adalah:

  • Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
  • Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang.
  • Pemberdayaan anak didik dengan penerapan sistem beregu.
  • Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.

D. Kode Kehormatan Pandu

Kode kehormatan pandu terdiri dari Janji Pandu dan Undang undang Pandu; yang masing-masing dibedakan antara pandu Athfal dan pandu Pengenal/Penghela/Penuntun.

1. Janji Pandu

  • Janji Pandu Athfal
  • Janji Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun

2. Undang-undang

  • Undang-undang Pandu Athfal
  • Undang-undang Pandu Pengenal/Penghela/Penuntun

E. Lambang dan Simbol Kepanduan Hizbul Wathan

  • Lambang Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah lingkaran matahari bersinar 12 dengan inisial HW di tengahnya.
  • Simbol Gerakan Hizbul Wathan adalah sekuntum bunga melati yang dibawahnya ada pita bertuliskan Fastabiqul Khairat dalam huruf Arab, bermakna berlomba-lomba dalam kebajikan.
  • Sinar Matahari sebanyak dua belas yang di dalamnya terdapat inisial HW bermakna bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi muslim sehari penuh kepada masyarakat, bangsa dan negara.
  • Kuncup melati dengan daun mahkota berwarna putih bermakna suci, berjumlah lima helai bermakna rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam helai (tampak tiga) bermakna rukun Iman, dan dua helai daun bermakna dua kalimat syahadat.

F. Bendera Kepanduan Hizbul Wathan

  • Bendera resmi Gerakan Kepanduan HW berbentuk kain empat persegi panjang, lebar dan panjang bendera berbanding dua dan tiga. Di dalamnya terdapat enam strip berwarna hijau dan lima strip berwarna kuning. Di sudut sebelah kiri atas terdapat lambang HW, berwarna putih di atas persegi panjang warna hijau dengan ukuran lebar sepertiga lebar bendera dan ukuran panjang sepertiga panjang bendera.
  • Strip hijau berjumlah enam bermakna rukun Iman dan strip kuning berjumlah lima bermakna rukun Islam.
  • Ukuran bendera resmi sama untuk seluruh tingkat dan satuan, yaitu 90 cm x 135 cm.
  • Bendera Suku Penghela, Pasukan Pengenal dan Rumpun Athfal, serta bendera Regu Pengenal dan Kuntum Athfal disesuaikan dengan ciri khas dan kebanggaan masing-masing. Ketentuan lebih rinci dijelaskan dalam Surat Ketetapan dari Kwartir Pusat dan dalam Buku Peraturan Dasar.

G. Pakaian Seragam Pandu Hizbul Wathan

1. Pengertian Pakaian seragam

Pakaian seragam adalah pakaian resmi pandu HW yang dikenakan oleh setiap anggotanya sebagai salah satu identitas organisasi dengan fungsi, criteria dan tata cara pemakaian tertentu.

2. Fungsi pakaian seragam pandu HW adalah:

  • Sebagai identitas
  • Sebagai penguat jiwa korsa
  • Sebagai daya tarik
  • Sebagai motivasi pengendalian disiplin
  • Sebagai jalinan kebersamaan
  • Sebagai cerminan kerapihan
  • Sebagai barang kenang-kenangan

3. Kriteria Pakaian Seragam

  • Memiliki estetika (seni dan keindahan)
  • Menarik untuk mayoritas peserta didik dan anggota.
  • Cocok dan mendukung kegiatan di lapangan.
  • Sederhana tapi anggun, praktis dan mudah pengadaannya
  • Paduan warna harmonis dan mengandung makna.
  • Memenuhi norma masyarakat dan agama
  • Mencirikan jati diri organisasi dan belum digunakan oleh organisasi lain.

4. Tata Tertib Pakaian Seragam HW

Pemakaian seragam baku pada saat yg ditentukan harus utuh selengkapnya. Cara pemakaiannya harus tertib sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku. Saat pemakaian seragam ditentukan sbb.:

  • Upacara resmi dan pertemuan kepanduan HW
  • Upacara kenegaraan, untuk mewakili HW
  • Latihan HW rutin, khusus, perkemahan dls.
  • Upacara di lingkungan Muhammadiyah.
  • Upacara pemakaman tokoh nasional / Muh.

5. Dilarang pemakaian seragam untuk kepentingan parta, golongan, famili, kelompok dan perorangan.

H. Atribut Pandu Hizbul Wathan

Pengertian Atribut

Atribut adalah tanda-tanda yg dikenakan oleh anggota pandu, untuk menunjukkan jabatan, jenjang tingkat kecakapan, satuan dan daerah.

Fungsi Atribut

  • Menunjang identitas
  • Menandakan status dan posisi
  • Menunjukkan prestasi kerja
  • Menimbulkan kebanggaan
  • Menandakan tingkatan
  • Menjadi kenang-kenangan.
  • Kriteria Atribut yang baik
  • Memenuhi estetika dan seni/keindahan
  • Anggun dan menunjang wibawa
  • Sederhana, mudah dibuat dan murah.
  • Simbul-simbulnya bermakna
  • Belum dimiliki organisasi lain.

I. Hymne dan Mars Hizbul Wathan

  • Hymne Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah HIZBUL WATHAN PANDUKU
  • Mars Kepanduan Hizbul Wathan adalah MARS HIZBUL WATHAN.
  • Hymne dan Mars, seta penggunaannya dijelaskan dalam Buku Peraturan Dasar.